Udang dan Bajunya
Saya tak tahu alasannya, namun udang goreng tepung buatan ibu selalu tak menarik tampilannya.
Tepung yang Ia pakai untuk membalur bisa jadi sama dengan yang dipakai restoran ternama. Namun beda hasil akhirnya. Beda pula cita rasanya.
Pernah suatu kali kuburai tepung panir restoran yang menyelimuti udang. Kutatap matanya, ada rona minta tolong. Kulerai tepung tipis di udang goreng ibu, kutemukan mata minta ditimang, sendu minta digendong.
Aku tak tahu mengapa.
Ada apa dengan udang dan baju putihnya.
Ada apa dengan balutan tipis ibu dan restoran punya.
Aku tak tahu mengapa rasanya berbeda.
Yang kutahu, raut wajah udang berbedak mulus rata.
Menutupi wajah udang yang selalu menuai iba.
Kalau lapar, toh tak emplok juga.
Kamar, 16 Juni 2013.
10:39
Comments
Post a Comment