Mimpi itu..mungkin baik jika diselimuti, biarkan ia tidur di pelupuk hati.
Semakin kamu mereka-reka apa mimpimu, itu bukan lagi mimpi.
itu rancangan kerja.
mimpi itu sama sederhananya seperti kelebatan ingin yang
hinggap menyergap begitu saja.
Jika mimpi menjadi kenyataan, realisasi mimpi itu menjadi tidak
relevan lagi dalam kerangka angan. namanya bukan lagi mimpi. dan entah mengapa
ada perasaan sedih yang datang begitu menyadari bahwa kita saya telah ditinggal
oleh mimpi. kedudukannya digantikan oleh mimpi yang telah bertransformasi
menjadi kenyataan. Rasanya seperti ingin memelihara kepompong untuk selamanya,
namun tiba-tiba ada kupu-kupu duduk di ranjang kepompong sambil mengajak
tersenyum. pun kupu-kupu itu duduk di sana untuk pergi lagi di kemudian hari. kemudian
saya akan kembali merasa ditinggalkan, menemui perpisahan yang tidak saya
kehendaki. selalu begitu.
Maka kadang saya merasa, biarkan mimpi tetap menjadi
mimpi. sakral & tetap misteri.
Lalu apakah dengan demikian artinya kita menafikan tugas
mimpi sebagai penghantar ide? apakah akan kita biarkan saja ide yang termaktub
di dalamnya tetap jadi angan dan tidak terapan? tidak juga. bagi saya, mimpi
tetaplah menginspirasi. namun biarlah tetap imajinari.
Maka dalam alam pikir saya, mimpi
itu seperti wujud bunga abadi yang ditutup kaca patri.
Misterius, sakral dan tidak terganti.
Mimpi tak harus diupayakan mewujud rill. kadang dia hanya perlu berdiam di ceruk hati, tetap syahdu melandasi di benak yang paling manusiawi.
Misterius, sakral dan tidak terganti.
Mimpi tak harus diupayakan mewujud rill. kadang dia hanya perlu berdiam di ceruk hati, tetap syahdu melandasi di benak yang paling manusiawi.
Comments
Post a Comment