Berkat AirAsia, Saya Menemukan Satu Destinasi yang “Nyleneh” nan Ciamik di India: Hyderabad!
Selfie wajib di Charminar, landmark ikonik di Hyderabad. Sebentar, permisi Mas yang di pojok sana.. Kalau angop mohon geser sejenak. (Foto WIDHA KARINA) |
Entah sudah berapa orang yang menunjukkan muka bingung setiap saya menjawab pertanyaan mereka yang satu ini:
“Kemarin waktu ke India ke mana aja?”Hiyak. Monmaap, nih… Apakah kalau saya ganti Hyderabad jadi Cihideung, diskusi bisa berjalan lebih lancar? Ahahahaha.
“Aku masuk lewat Hyderabad. Habis itu pindah ke Jaipur, terus Delhi.”
(Hening……)
“Ke mana?”
“Hyderabad, Jaipur, Delhi.”
“Hide$%^*%..bad apa tadi?”
“Hyderabad.”
“Oh…………. Apa tadi? Baghdad? Baghdad itu di India ya?”
Tapi gapapa juga. Toh kepada setiap orang yang merasa bingung, saya akan dengan senang hati mengulangi
cerita tentang letak Hyderabad, keistimewaannya, dan mengungkap alasan kenapa
saya memilih untuk terbang #BahagiaBersamaAirAsia ke Hyderabad.
Dan setiap kali kesempatan untuk menjelaskan itu datang, memori saya langsung me-recall peristiwa saat saya dan Nisa saat memilih destinasi liburan 6 bulan sebelumnya.
Ceritanya ketika itu Nisa baru balik dari working holiday di Aussie dan memutuskan
untuk jalan-jalan, sebelum tiba waktunya berjibaku lagi dengan dunia kerja. Kriteria
destinasinya simpel saja: ekonomis, menarik untuk dijelajahi, dan aktivitasnya
cocok bagi kami berdua.
Berhubung kami berdua sama-sama belum pernah menginjak Asia
Selatan, kami mulai hunting beberapa destinasi di belahan bumi tersebut. Lagipula,
Indonesia gratis visa ke India lho wankawan. Pilihan maskapainya, tentu saja AirAsia, LCC (low cost carrier) yang selama ini menjadi andalan kami berdua lantaran jangkauan wilayah
terbangnya yang luaaas dan harga tiketnya yang kompetitif. Apalagi kalau sudah
promo!
Kisahnya bermula saat saya dan Nisa nongkrongin AirAsia Big
Sale di akhir Agustus hingga awal September 2018. Thanks to aplikasi dan website AirAsia karena pilihan destinasinya
memudahkan eksplorasi kami! Cukup dengan masukin “India” di kolom pencarian,
langsung deh muncul belasan destinasi yang tersebar di India, seperti Ahmenabad
di India barat, Amritsar di utara, Kolkata di timur, dan Kochi di selatan. Ini
caranya:
Kolom pencarian melalui aplikasi AirAsia. Masukkan kata "India" untuk bisa mendapatkan daftar destinasi ke India. |
Kolom pencarian melalui aplikasi AirAsia. Masukkan kata "India" untuk bisa mendapatkan daftar destinasi ke India. Jangan lupa masukkan juga tanggalmu berpergian. |
Belasan destinasi itu bisa menjadi kata kunci untuk kami
mencari tahu karakter negara-negara bagian di India. Tambahan informasi, India terbagi
atas 30-an negara bagian dan wilayah pemerintahan. Karena India terbentang
membujur dan melintang sepanjang + 3000 Km baik dari utara ke selatan
dan timur ke barat, maka penentuan lokasi kunjungan kita akan menentukan jenis pengalaman
yang kita dapatkan.
Sebagai perbandingan, 3000-an Km itu jarak dari Sabang ke
Flores kalau ditarik garis lurus (gatau kalo jarak kamu dan mantan). Nah
Indonesia kan negara kepulauan yang posisinya melintang. Bayangkan India itu,
3000-an Km beneran dataran semua (bahkan beberapa sumber menyebut negara ini
sebagai anak benua). Belum lagi 3000-an Km yang membujur, membuat negara ini punya
banyak iklim yang menentukan kuliner dan cara penduduknya berpakaian.
Jadinya, kita perlu kepoin juga, apakah kita mau lihat
istana di gurun pasir Rajashtan, mau lihat kuil Hindu Dewa Siwa di pinggir laut
Tiruchirapalli, ngikutin ritual Sikh di Sungai Gangga Varanasi, main salju depan
kuil Buddha Himalaya di Manali, minum kopi Iran di depan Masjid Mecca Hyderabad,
atau lihat pengaruh Portugis lewat gereja Katolik di Gujarat. Segitu pluralnya India, segitu banyak pilihannya!
Meski pengen semua, tapi saya cuma punya waktu cuti
seminggu. Dan setelah menimbang-nimbang harga tiket promo PP antara Chennai dan
Hyderabad yang cukup bikin sorak-sorak bergembira, akhirnya kami membeli tiket Jakarta-Hyderabad tanggal 15
Februari 2019 dan New Delhi-Jakarta tanggal 22 Februari 2019. Keduanya akan
transit di Kuala Lumpur selama kurang lebih 8 jam. Total harga tiket PP per
orang yakni sebesar Rp 2.500.000-an. Sungguh kuingin menangis #BahagiaBersamaAirAsia.
Tips: Supaya bisa dapat harga ekonomis, jangan lupa daftar AirAsia Big Member. Lakukan selalu login setiap kali mencari tiket dan melakukan booking. Dan pastinya, pantengin terus media sosial AirAsia untuk mengetahui momentum Big Sale. Syukur-syukur bisa dapat kursi gratis.Kalau kamu kesulitan mendapatkan harga bagus ketika promo, medsos AirAsia biasanya juga ngasih bocoran pada tanggal berapa tersedia kursi dengan harga yang cakeupps. Jika penerbangan kamu sudah selesai, kamu bisa claim Big Points yang bisa dipakai untuk membeli perjalanan selanjutnya bersama AirAsia.
Enaknya kalau naik AirAsia, kamu bisa menentukan gaya
traveling kamu. Kamu mau milih perjalanan dengan meals aja? Bisa. Kepikiran beli bagasi buat naruh belanjaan
saree dan aksesori India yang gemas-gemas itu, bisa. Atau kalau kamu tipikal
yang nggak bisa duduk tanpa senderan ke jendela pesawat, saya sarankan kamu
beli seat buat memastikan apakah
kuil-kuil India memang tampak seindah itu dari udara.
Bagini caranya memilih produk tambahan yang akan menemani perjalanan AirAsia kamu:
Hal ini memudahkan saya karena kebetulan paspor saya habis masa berlakunya di bulan Maret 2019. Sementara saya melakukan pembelian pada bulan September 2019 dan akan pergi ke India di Februari 2019. Biasanya maskapai atau travel apps akan menolak pembelian tiket macem begini.
Bagini caranya memilih produk tambahan yang akan menemani perjalanan AirAsia kamu:
Pilih tiket sesuai jadwal penerbangan yang kamu inginkan dengan klik pada jadwal tersebut. (baik tiket pergi maupun pulang). Jika sudah, tekan "Continue". |
Satu hal yang mengasyikkan membeli tiket dari AirAsia adalah, data diri yang harus diisi bukanlah nomor paspor, melainkan tanggal lahir.
Hal ini memudahkan saya karena kebetulan paspor saya habis masa berlakunya di bulan Maret 2019. Sementara saya melakukan pembelian pada bulan September 2019 dan akan pergi ke India di Februari 2019. Biasanya maskapai atau travel apps akan menolak pembelian tiket macem begini.
Di AirAsia, hal tersebut bukanlah masalah. Asalkan kita
melakukan perpanjangan paspor sebelum tanggal keberangkatan, AirAsia akan
menerima check in kita, meski nomor
paspor kita telah berubah menjadi nomor baru. Karena, yang akan dicek adalah
tanggal lahir (yakali paspor baru, tanggal lahir juga baru. Apakah Anda menolak
uzur?)
Setelah memasukkan data diri, website akan mengarahkan kita untuk memilih jenis payment: apakah dengan kartu kredit, debit, tranfer ATM, fintech, atau Union Pay. Untuk Indonesia, lebih dimudahkan lagi karena mereka menerima pembayaran melalui Indomaret dan Alfamart.
Setelah memasukkan data diri, website akan mengarahkan kita untuk memilih jenis payment: apakah dengan kartu kredit, debit, tranfer ATM, fintech, atau Union Pay. Untuk Indonesia, lebih dimudahkan lagi karena mereka menerima pembayaran melalui Indomaret dan Alfamart.
Proses check in-nya
juga mudah. Terutama jika pergi tanpa bagasi, kita bisa melakukan web check in
atau check in mandiri di mesin yang tersedia untuk mencetak boarding pass. Hassle fee tanpa perlu mengantre berpanjang-panjang. Kami juga
diasistensi oleh petugas yang berdiri di dekat mesin cetak mandiri. Sangat
membantu! Pun petugasnya nggak rewel atau curiga dengan bobot tas penumpang.
Sepengalaman saya, emang AirAsia sih, LCC penerbangan
internasional yang cenderung praktis, nggak suudzon sama bobot tas. Proses
check in-nya efektif dan memudahkan. Kalau sudah check in ya tinggal capcuss!
Ada kejadian lucu waktu saya dan Nisa selesai check in di Bandara Soekarno Hatta.
Kebetulan kami mengantre di loket yang bersebelahan dan diproses dalam waktu
bersamaan. Petugas yang menangani saya, mengernyit ketika membaca tiket, “Hidre..
Hidrebat?” Dia menengok ke teman di sampingnya, “Hidrebat di mana sik?”
Temannya di loket sebelah yang barusan membaca tiket Nisa,
menimpali, “India.”
“Ada ya?”
Petugas imigrasi Nisa memproses tanpa bertanya apapun ke
Nisa. Sementara itu petugas imigrasi saya malah memandang balik ke saya.
“Ada keperluan apa ke sana?”
“Jalan-jalan aja.”
“Punya tiket pulangnya?”
“Ada.”
“Coba boleh saya lihat?”
“Jalan-jalan aja.”
“Punya tiket pulangnya?”
“Ada.”
“Coba boleh saya lihat?”
Petugas itu mengamati sembari kurang percaya. Dia diam cukup
lama sampai akhirnya bilang, “Oh, beda kota ya? Sudah ada visa?”
“Sudah.”
“Sudah ada penginapan?”
“Sudah, Pak.”
“Sudah ada penginapan?”
“Sudah, Pak.”
TAK! TAK! Akhirnya paspor saya dicap juga. Ternyata petugas Imigrasi pun nggak familiar dengan destinasi kami. Haaaahahaha deg-degan juga ya. Kali kedua, ketika memasuki ruang tunggu,
penjaga di gerbang menanyakan tujuan kami berdua. Lagi-lagi sayalah yang kena
tanya.
“Tujuan mana, Bu?”
“Hyderabad.”
“Baik, India ya. Ada tiket kembalinya?”
“Ada.”
“Boleh saya lihat?”
“Boleh.”
“Hyderabad.”
“Baik, India ya. Ada tiket kembalinya?”
“Ada.”
“Boleh saya lihat?”
“Boleh.”
Sampai pada titik ini, saya ingin permisi. Apakah saya
dikira TKI? Kalau iya, saya mengapresiasi petugas bandara pada antisipatif. Seenggaknya saya terbukti bukan TKI ilegal dan pasti balik lagi ke Indonesia. Hehehehe... Sebaliknya, Si Nisa kenapa kagak ada yang nanyain ya? Asumsi awal saya, Si Nisa nih emang parasnya kayak orang India sih. Buktinya dia sering dikira
orang India ketika di sana.
Sisanya, perjalanan ke Kuala Lumpur dan Kuala Lumpur ke
Hyderabad terasa lancar dan menyenangkan. Penerbangannya tepat waktu dan kami bisa
leha-leha di KLIA. Numpang nge-charge, makan, nebeng WIFI yang kencang, hingga
akhirnya tiba saatnya penerbangan transit ke Hyderabad.
Penerbangan transit AirAsia dari KLIA. (Foto WIDHA KARINA) |
Berkat beli produk kursi, akhirnya dapat Window Seat! Favorit~ (Foto WIDHA KARINA) |
Welcome to Hyderabad!
Penerbangan ke Hyderabad sendiri cukup berkesan buat saya karena awak kabin
sejak Kuala Lumpur banyak yang orang India! Begitu tiba, kami disambut dengan
Bahasa Telugu, yakni bahasa yang banyak digunakan di sekitar negara bagian
Telangana dan Andhra Pradesh. Menarik banget!
Begitu sampai di Rajiv Ghandi Airport Hyderabad, di
mana-mana kami membaca papan bertuliskan “Welcome to Hyderabad, Hitec City”. Wow! Ternyata kota ini rumah bagi IBM, headquarter Microsoft, dan brand
teknologi lainnya. Nggak heran, free wifi di bandara aja cepat betul. Fasilitas
bandaranya, juga cakep. ATM mudah sekali ditemukan dan langsung jadi inceran tarik tunai seorang warga Rawasari yang sama sekali nggak bawa rupee ini. Hehehe.
Cakep sih ini bandara Rajiv Ghandi Hyderabad. Simpel, fungsional, tapi tetap terkesan modern. (Foto WIDHA KARINA) |
Halo, Sir and Madame! (Foto oleh WIDHA KARINA) |
Plang media promo AirAsia India. (Foto WIDHA KARINA) |
Dan imigrasinya dong… Tolong! Ramah banget. Tak pernah
kutemukan loket imigrasi seramah ini. Kebetulan Rajiv Ghandi Airport punya
loket khusus bagi mereka yang sudah mengantongi e-Visa. Begitu dihampiri,
bapak-bapak yang bertugas mulai bertanya profesi, peruntukan kunjungan, tempat
tinggal, dan bahkan bercanda soal Indonesia. “Ha. I heard it’s free to apply
Indian visa for Indonesia. Here’s your permit, multiple entry up to 1 year. So
please come again to India.” Pake senyum. YAMPUN BAPAK.
Nggak paham dah kenapa ini imigrasinya ramah bener! Terbaik!
Saya sempet bertanya-tanya apakah karena mereka cukup jarang menerima turis
internasional. Karena loket e-visa memang terbilang sepi antrean, selain
bapaknya juga sempat bertanya ke saya, “Why choose Hyderabad?”
Karena saya anaknya jujur berbudi lestari, saya jawab aja
ringan: karena harga tiketnya terjangkau. Ternyata kejujuran juga bisa membuat
kita tampak kurang cerdas dan gak peka ya. Meski demikian, saya tambahkan lagi,
“Selain itu Hyderabad punya sejarah dan kuliner yang sepertinya menarik!”
Sontak, Si Bapak pun sumringah. Saya mendadak merasa seperti MC Uang Kaget yang
bikin orang lain bahagia. Tuntas sudah tugas saya di dunia.
“What’s next after Hyderabad?”
“Jaipur and Delhi.”
“Ah. Sure. Jaipur. Beautiful!”
“Jaipur and Delhi.”
“Ah. Sure. Jaipur. Beautiful!”
Alasan kenapa kamu juga harus ke Hyderabad
Apalagi setelah kami tinggal beberapa hari di Hyderabad, saya dan Nisa beneran bersyukur banget sudah menemukan Hyderabad di list destinasi AirAsia dan memilihnya sebagai gerbang kami masuk ke India. Ini alasannya:
Apalagi setelah kami tinggal beberapa hari di Hyderabad, saya dan Nisa beneran bersyukur banget sudah menemukan Hyderabad di list destinasi AirAsia dan memilihnya sebagai gerbang kami masuk ke India. Ini alasannya:
Pertama, penduduknya ramaahhh bangeett. Santun, suka
menolong, jujur, rajin, baik hati, tak lupa janji seperti merpati. Hampir tidak
ada pengalaman buruk (apalagi scamming) yang kami dapati di kota ini. Jadinya,
kami nggak mendapat mark up tarif makanan, bajaj, dll. Lega hatikuh tuh.
Kedua, ini kota tuh nyaman dan bersih. Jalur pedestriannya rapi, pengguna jalannya lebih tertib, suara klakson lebih terkendali, taman dan ruang publik berhamburan di mana-mana.
Ketiga, Hyderabad adalah satu-satunya kota di India yang langgam budaya/akar budaya Islam-nya terasa demikian kental. Unik sekali! Kental dengan pengaruh Persia, Raja Nizam dari Hyderabad memutuskan untuk tetap bergabung dengan India walau Pemerintahan Inggris mempersilakannya memilih untuk bergabung dengan Pakistan atau India, di pertengahan dekade 1940-an. Kulinernya juga beda sendiri: nasi biryani dengan topping kambing khas Hyderabad dan kopi Iran!
Tipikal pasar di Hyderabad. Beneran pasar bubrah, tapi coba liat tanahnya, bersih. Jarang ada yang numpuk sampah di pojokan. (Foto oleh WIDHA KARINA) |
Ketiga, Hyderabad adalah satu-satunya kota di India yang langgam budaya/akar budaya Islam-nya terasa demikian kental. Unik sekali! Kental dengan pengaruh Persia, Raja Nizam dari Hyderabad memutuskan untuk tetap bergabung dengan India walau Pemerintahan Inggris mempersilakannya memilih untuk bergabung dengan Pakistan atau India, di pertengahan dekade 1940-an. Kulinernya juga beda sendiri: nasi biryani dengan topping kambing khas Hyderabad dan kopi Iran!
Keempat, lokasi wisata sejarah yang ada di Hyderabad karakteristiknya berbeda dengan Jaipur, Delhi, dan lokas-lokasi lain. Mungkin karena Dinasti Mughal kuno ada di sini, jadi fasad istananya didominasi bahan bebatuan, yang kini sudah menjadi reruntuhan.
Komplek gigantis Golconda Fort peninggalan Dinasti Mughal. Terbentang di perbukitan membuat kita ngos-ngosan. Untuk mengeksplornya, dibutuhkan lebih dari 3 jam! (Foto WIDHA KARINA) |
Setelah saya dan Nisa pindah ke Jaipur dan Delhi pun, kami masih terbayang-bayang dengan Hyderabad yang sekilas lebih hening, jauh dari hiruk pikuk yang memusingkan. Mungkin memang sudah jodohnya kami mampir ke Hyderabad. Beneran berasa anti-mainstream traveler deh! Ini semua berkat daftar destinasi di kolom pencarian AirAsia. Karenanya, kami berani mencoba destinasi nyleneh yang bikin orang lain (bahkan petugas imigrasi) terheran-heran.
Traveling ke India bulan Februari lalu pun berjalan aman dan
nyaman, sesuai budget, berkat AirAsia. Dan saat pulang dari New Delhi, untuk
pertama kalinya saya nyicipin pesawat badan lebar AirAsia! WOHOOO (norak sikit
isokei).
Nah, buat kamu yang lagi mempertimbangkan mau ke India lewat kota mana, bagus juga kalau kamu mempertimbangkan untuk mengunjungi kota satu ini. Apalagi kalau tujuanmu adalah Golden Triangle India (Jaipur, Delhi, Agra) yang ketiganya terletak di agak di sisi utara. Dengan bekunjung ke Hyderabad yang lokasinya di tengah cenderung selatan, kamu bisa sembari mencicipi sedikit perbedaan budaya dan kuliner antara utara dan selatan.
Nilai plusnya, tiket ke Hyderabad dan beberapa bandara di India bagian selatan juga harganya kompetitif. Selain Hyderabad, kamu juga bisa cobain masuk ke India lewat Tiruchirapally dan Chennai, dua kota underrated yang harga tiketnya cukup bersahabat dibanding langsung ke kota-kota populer. Beberapa travel blogger juga ada yang menyarankan untuk hunting tiket ke dua kota alternatif ini sebagai gerbang masuk India karena pertimbangan harganya.
Dan nggak ada ruginya kok datang ke negara bagian baru dan mendapatkan pengalaman yang beda dari biasanya. Langsung cuss masukin keyword India di kolom pencarian tiket AirAsia biar kamu bisa kepoin masing-masing destinasinya.
Baca juga: 7 Rumor Jalan-jalan ke India Buat Perempuan, Mulai dari Makanan Jorok sampai Kejahatan Seksual
Daaaaannnn karena ketagihan sama kemudahan ala AirAsia (plus
diimingi-imingi tiket promo di Big Sale lainnya. Why you so menggiurkan?),
saya memutuskan untuk beli tiket lainnya buat Januari 2020 ke negara lain yang tak kalah menyenangkan. Semoga kelak rasanya terbang bersama pemegang World’s Best Low-Cost Airline dari Skytrax selama 11 tahun berturut-turut ini tetap sama: #BahagiaBersamaAirAsia!
keren!
ReplyDeletebtw kenapa sih orang imigrasi slalu ngeliat "tampang" ya kaaan.. gua pernah diinterogasi lamaa cuman krn transit di Malaysia, dikira TKI, sementara tmen gue yg mukany Chinese bisa lewat aja. ga sukak ah.
ditunggu tulisan selanjutnyaa
XOXO
WidgeOglosta Marcus Rucinski https://wakelet.com/@blacadunex920
ReplyDeletecalkingkubfei