Nyicipin 3 Kuliner Olahan Ikan (Wajib) dari Ternate Tidore


Si Vana beli rempah-rempah di Ternate Tidore biar kayak VOC. Foto WIDHA KARINA

Pernah nggak sih, kamu bertanya-tanya: makanan khas apa sih yang bisa diburu pas jalan-jalan di Ternate dan Tidore? Oleh-oleh apa sih yang bisa dibawa dari sana? Jawabannya buanyak banget.

Pertama. Bagaimanapun juga dua pulau ini termasyhur sejak dulu kala berkat rempah-rempahnya (terutama cengkeh, pala, kayumanis, dan kenari). Jadi, yang pertama-tama harus masuk dalam list to do kuliner Ternate Tidore kamu adalah nyicipin makanan olahan dari rempah-rempah tersebut. Saya dan Ivana akhirnya nyicipin sirup pala, kopi taburan cengkeh-kayumanis, dan kukis kenari. Pun masih memboyong lembaran kayumanis dan bubuk pala ke Jakarta. Mihihi.

Kedua. Karena dikepung lautan, maka sudah pasti kamu perlu menyantap sajian kerak telornya! ... ya bukan dong. Sudah pasti wajib nyobain seafood-nya!

Nah sayangnya ketika itu saya datang di saat bulan puasa (Apes banget salah pilih tanggal. Baca kisah dodolnya di artikel saya tentang kesotoyan warga Rawamangun yang ngebet liburan ke Spice Island pake tiket promo). Jadinya, niat kulineran pun nggak bisa seambisius biasanya. Perlu dipilih-pilih mana destinasi kuliner yang secara waktu memungkinkan untuk dicari dan buka selama Ramadan.

Maka, berikut adalah 3 kuliner ikan-ikanan laut Ternate Tidore yang setidaknya wajib banget kamu coba karena enaknya bikin mau nyesel kenapa belinya cuma dikit. Cocok banget buat kamu yang mungkin cuma punya waktu traveling terbatas.

1. Rica Isi

Ini adalah sajian yang gak disangka-sangka ternyata enaaaakkkkkk. Jadi ceritanya saya dan Ivana iseng main ke Pasar Sarimalaha Tidore buat cari tahu jajanan pasar apa sih yang biasanya dimakan sama orang situ buat buka puasa. Lalu tiba-tiba saya histeris lihat sesuatu yang unik, “Ih apa tuh ada cabe bantet digoreng tepung!”
Saksikan cabe bantet goreng tepung di tengah atas. Mejik~ Foto WIDHA KARINA

Apa iya orang di sini segitu senengnya sama makanan pedas sampai cabe segede gitu digadoin? Set… Sangar bet! Meski aneh dan secara penampakan kurang meyakinkan, tapi saya penasaran juga. Akhirnya saya beli sedikit (cuma dua buah!) sembari dicampur dengan jajanan basah lainnya.

Sebelum dimakan, sudah terbayang rasa pedas cabe. Apakah rasanya bakal krenyes-krenyes atau lembek? Apakah tepungnya membantu ngurangin kepedasan si cabe? Atau jangan-jangan cabe ini sebenarnya makanan komplementer yang mesti dimakan bareng gorengan lain?

EH TERNYATA PAS DICOBAIN, RASANYA GAK PEDES SAMA SEKALI. Dan ternyata itu bukan cabe doang, tapi ada isinya: ikan! Jadi, kalau cabenya digigit atau dibelek, kamu bakal lihat ikan tongkol atau cakalang cacah yang sudah dicacah dan dibumbuin! Lalu tepungnya bakal jadi lem biar pas digoreng, cabenya nggak ambyar. Yahampun enak banget sampai cabe jatah Ivana saya makan juga.
Tersangka cabe bantet favorit ada di sebelah kanan. Begitu Ivana meleng, cabenya langsung saya sikat. Foto: WIDHA KARINA

Pada hari berikutnya di Ternate, saya mencoba untuk membelinya lagi di pasar takjil sepanjang Pantai Falajawa Ternate. Elahdalah, nggak ada yang jual. Pas saya tanya ke beberapa pedagang, ternyata kudapan itu khas Tidore. ADUHHHH nyesel banget. Tau gitu kemarin beli banyak… Mana sebiji harganya nggak seberapa.

Untung sekarang saya sudah tahu namanya. Sebutannya adalah Rica Isi (rica itu, bahasa lokal untuk nyebut cabe?) dan harus banget kamu beli saat mampir ke Tidore!

2. Gohu Ikan

Kalau yang ini mah udah inceran. Sebagai penggemar sushi, ya masak iya mau melewatkan sashimi lokal khas Ternate.

Yep! Ikan gohu atau gohu ikan (sama aja) ini biasanya menggunakan ikan cakalang atau tuna mentah. Bisa sih pake jenis ikan lainnya, tapi yang umum ditemui dan mungkin akrab dengan lidah kita adalah kedua ikan tersebut.

Host saya di Ternate, begitu saya bilang saya mau cari gohu ikan, dia kaget. “Mbak Widha suka gohu? Benar mau makan gohu?” Yo benar tho Bu. Tapi kalau suka atau ndaknya ya belum tahu, soalnya ini juga baru mau nyicip.

Begitu saya sampaikan cita-cita yang demikian mulia itulah, Bu A yakni host AIRBnB saya langsung semangat memberi pesan ke suaminya untuk mengantar kami ke pasar dekat Batu Angus (lupa nama pasarnya. Pasar Sasa bukan ya?)
Dua macam gohu ikan yang ditemukan di pasar (tengah dan kanan). Penampakannya sudah beda, beda pula rasanya. Dimakannya bisa pakai singkong rebus. Foto WIDHA KARINA

Di pasar itulah para jago masak gohu ikan membeli langsung ikan-ikan segar dari para nelayan yang baru merapat pagi-pagi, kemudian mengolahnya hanya berbekal jeruk nipis/limau, minyak kelapa, bawang, dan cabe. Kadang ditaburi kemangi. Kemudian, dijualnya juga di pasar tersebut dalam hitungan per porsi.

Per porsinya kira-kira ditakar dengan mangkuk kecil, dihargai kurang lebih Rp 5.000 sampai 10.000-an rupiah. Beda penjual, beda harga, beda pula kreasi gohunya. Ada yang ikannya masih berwana merah muda mirip sashimi banget, ada yang agak cokelat muda (karena ada yang mencampur kacang giling di bumbunya), dan ada juga yang ikannya seperti sudah lebih matang mirip oseng-oseng karena disiram minyak kelapa panas. Rasanya ada yang dominan kecut, tapi ada juga yang jadinya manis dan gurih.

Untuk membuat gohu ikan memang diperlukan ikan segar. Kalau tidak, rasanya pun jadi kurang enak meski sudah karena dikeceri (wuopo dikeceri) jeruk nipis dan kadang disiram minyak kelapa panas. Karena itulah Bu A mewanti-wanti saya dan Ivana supaya tak pulang terlalu sore supaya gohu ikan yang dibeli dapat segera disantap dalam keadaan segar. Tambahkan nasi hangat….. adeuuhhhh runtuh pertahanan hamba.

Sayangnya, karena bahan utamanya adalah ikan segar, saya jadi tak bisa membawa pulang gohu ikan ke Jakarta. Pertama, penerbangan Ternate ke Jakarta biasanya dijadwalkan pagi hari ketika para tukang masak baru membeli ikan di nelayan. Kedua, sudah pasti begitu sampai di Jakarta, ikannya bakal kuyu. Huhu.

3. Ikan bakar ekor kuning bumbu gula merah

Yay ikan bakar! Standar banget ya? Iya sih, yang namanya ikan bakar kan sebenarnya sama aja ya. Apalagi di Ternate, ikan laut mungkin sama banyaknya kayak jumlah warga: berlimpah!
Tapi gimana ya. Saya tuh pada dasarnya nggak segitu hobinya makan seafood. Tapi yampun, yang ini enak banget! Gatau karena ikannya yang berkualitas atau cara masaknya yang jempolan. 

Jadi, ceritanya, di perjalanan kemarin, host kami Bu A dan Pak F, suka sekali membuat makan malam enak dan mengajak kami makan bersama. Dan salah satu menunya, bikin saya keblinger: ikan ekor kuning yang dibakar dan dilumuri gula merah! Sambalnya juga pakai gula merah. ADUHAI.

Si Bintang Tamu terbaik ada di sebelah kanan: ikan ekor kuning! Dimakan lengkap bersama gohu ikan, sayur, plus nasi/singkong. Foto WIDHA KARINA

Di Ternate, makanan laut biasa disantap dengan nasi, sagu, ketupat, atau dengan papeda. Tapi saya sih cukup makan dengan nasi hangat, aja pakai sayur, rasanya mau nambah lagi dan lagi. Gurih, manis, kaya rempah, dan wangi ikannya itu lho… Wangi ikan asap.

Aduh kalian mesti cari deh, tempat masak ikan bakar yang enak supaya bisa merasakan betapa istimewanya seafood di Ternate dan Tidore. Jangan sekali-sekali meninggalkan Ternate dan Tidore tanpa  mencoba sajian laut mereka. Harganya terjangkau, segar, dan pilihannya banyak banget. Memang lebih banyak ikan daripada kepiting/rajungan. Tapi itupun, rasa ikannya istimewa!

Lengkap sudah hidup hamba ....
Itulah 3 kuliner Ternate dan Tidore dari olahan ikan. Selain itu, kamu juga punya banyak opsi jajanan lain. Seperti pisang mulut bebek yang kadang juga dimakan sebagai pengganti nasi. Waktu itu saya dan Ivana diajak Pak F dan Bu A untuk makan pisang mulut bebek yang digoreng tipis mirip keripik dengan ditemani guraka (air jahe campur gula aren dan kenari) sebagai minumannya.
Pisang mulut bebek dan guraka di pinggir Pantai Falajawa. Simpel dan hangat. Foto WIDHA KARINA

Mau cari oleh-oleh! Banyak banget. Daripada melulu beli gantungan kunci, saya sarankan kamu beli pala, kayumanis, dan cengkeh bubuk buat temen kamu yang doyan ngopi. Ivana malah membawa kulit batang kayumanis untuk diparut sendiri di rumah! Dan harganya murah. Satu bundel dihargai sekitar 4-20 ribu bergantung kualitas kulitnya.
Vana emang sebelas duabelas sama kelelawar. Beginian dicemilin. Foto WIDHA KARINA

Mau ngasih oleh-oleh buat yang doyan ngeteh? Ratu Inggris Ivana juga kemarin sempat membeli lempengan sagu yang bisa dicelupkan ke teh hangat.  Setelah melunak, lempengan sagu itu bisa jadi sumber karbohidrat tambahan buat kamu.

Kepoin juga: Susahnya Cari Penginapan di Tidore
Kalau keluarga kamu doyan ngemil, kamu bisa beli kenari iris atau kukis bagea berbahan dasar sagu dan kenari. Metode pembuatan bagea yang masih kental dipengaruhi budaya Portugis dapat menjadi cerita tersendiri. Dijual per kemasan, harganya tak jauh beda seperti kalau kita beli oleh-oleh di daerah lainnya. Harganya sekitar 15-30 ribuan, bergantung besar kemasannya. Bagea dibuat homemade, dan biasa dijual rumahan.

Jadi, sudah punya rencana mau kulineran apa di Ternate dan Tidore? Asal jangan kelewat dodol kayak saya dan Ivana yang nggak sadar beli tiket ke sana pas bulan puasa ya! Mehehehehe…. Ketika bulan puasa, kulinernya jadi agak susah dicari, tapi ya nggak menutup kemungkinan kamu berburunya setelah waktu berbuka.

Selamat berburu!

Comments

Popular Posts