Masa Lalunya Boleh, Kakaaaakk...
Seberapa berharganya masa lalu untukmu, kawan? Apakah demikian sepelenya seperti daun yang gugur dalam perjuangannya untuk terus bertahan? Yang hanya berlalu seperti terpaan dingin di kala hujan? Masuk ke got lalu biarkan dia mengalir menuju arus yang gaduh menelan?
Masa lalu emas bagiku, kawan. Meskipun mereka kata di negeri ini tidak ada kursi bagi masa lalu. Berjuta jiwa lenyap dalam rentetan peluru. Lalu semua lupa dan menganggapnya sebatas kenangan beku.
Aku mau bekerja demi masa lalu. Meski sulit katanya menembus hirarki di gedung tua yang kekurangan duit itu. Aku belum lesu maupun kelu. Masih ada semangat untuk membangkitkan gairah anak SD yang terpana melihat batuan peninggalan dinasti sesuatu. Ketika melewati lorong yang pernah dihuni kolonial, raden, dan sang babu. Aku mau.
Cantik sekali, ya kan? Panggil aku penjual masa lalu. Mempromosikan romantisme mereka yang lahir lebih dahulu.
Dear Indonesian Museums
20 Februari 2012
11.58
Comments
Post a Comment