Kusebut Ia Jenderal
Aku iri.
Iri pada makhluk kaki dua yang kau sebut segalanya.
Padahal Ia hanya jenderal ingusan yang baru naik kemarin.
Kau persilakan duduk di kursi komando pedalaman yang paling legam.
Jantung kekuasaan dan kendali bagi mereka yang awam.
Memendam misil yang siap ditanamnya.
Bukan ke atas.
Tapi ke pedalamanmu yang paling dungu.
Aku iri.
Bukan, bukan.
Sungguhnya tak lebih dari iba dan menyayangkan.
Mengapa makhluk asing kau serahi tugas rawan.
Sedangkan kau tak lebih dari jongos pelengkap derita.
Di lingkaran pahamu sendiri.
Yang kelak akan bersuara.
Teriak!
Teriak!
Sayangnya kau tak lebih dari babu jelata.
Kalau ia: melata.
Karena dia ular yang sesungguhnya.
Bukan kau.
Bukan kau.
Kau hanya korban, meski kau sendiri yang pilih peran.
Uhhhh.........kaciaaaaaaannnn......
Kamar, 12 Maret 2012
02.43
02.43
Comments
Post a Comment