Aku Belum Bangun



Aku belum bangun. Membuka kelopak mata tidak ada artinya buatku. Menyadari otak yang bekerja untuk ragam gerak pun aku tak mampu. Aku belum bangun. Atau belum ingin. Aku hanya terjebak dalam suasana bicara tadi malam, dengan kamu di sisi sana. Lalu perlahan tertidur, hanya karena suaramu yang menjaminku dari situ. Mau seperti itu saja. Tidak terbangun pun tidak mengapa.



Aku belum bangun. Kupikir sebaiknya jangan pernah tertidur. Apalagi saat kamu bergumam di telingaku. Inginnya tak tertidur. Kecuali kamu sanggup ada di sisiku saat kuterbangun. Tanpa itu rasanya tak ingin tidur. Atau tak ingin bangun. Rasanya ingin terjebak saja bersama sosokmu dalam mimpi, selepas harap yang terperangkap waktu. Terbatas dimensi lelap lalu sadar, namun tidak. Tidak begitu. Tidak akan pernah tidur. Tidak pernah benar-benar terbangun.



Kesadaran itu mimpi buruk kan ya? Bagaimana menurutmu? Apakah kau terbangun dengan lelah dan sesah, dalam bingung dan enggan? Jika tidak, selamat! Karena aku mengalaminya tiap kali bangun dari inginku, bangun dari egoku, untuk terus bersamamu. Meskipun demikian aku belum tiba pada mimpi buruk. Karena aku memang belum pernah sadar. Belum ingin sadar. Tidak ingin sadar. Kecuali dirimu ada di gerbang sadar. Membuka tanganmu menawarkan diri, bagi kita untuk tidak perlu bermimpi lagi.




Dari kejauhan, belum kulihat dirimu menanti di gerbang sadar.
Maka izinkan aku terlelap lagi.




Ruang tamu, 22 Januari 2012
Pk 11.09


Comments