Sosoknya Datang di Sela Tepat


Jika ada yang mengganti, tentulah itu dia.
Tidak. Jangan kau asal tuduh bahwa aku tidak cukup setia.
Memang mau kau namakan apa butiran tunggu yang merambati jendelaku tiap senja?
Dan hei, tidak hanya senja! namun juga sisi hari yang bahkan tak ada namanya.
Maka fenomena ‘pengganti’ ini pun sesungguhnya tak bernama.
Mungkin tak bisa juga dipahami sebagai ‘ganti’, ‘pelipur’ ataupun penunda lara.



Ku namakan ia ‘sosok.’
Yang hanya muncul bukan pada hari esok.
Ia hanya datang dan papas pada saat yang tepat, saat nuraniku tengah rongsok.
Sekedar jumpa dan tatap, alunan detik yang mengalun melenggok.
Mampu bangkitkan rupa ideal yang sejak dulu kurasa elok.
Tersenyum. Karena Sosok.



Meski aku tidak menolak jengahmu.
Karena debar tak selalu merupa penawar lelah.
Degupku pada sosok bukan substitusi bagi semangat penantian yang melemah.
Aku hanya merasa..........



Pikirku hanya sederhana.
Bahwa sosok bisa jadi tokoh yang sempurna.
Meski lagi-lagi aku tak akan lepas dari kecam dan tapa.
Tapi demikian saja.
Supaya jiwaku tetap hidup, ketika karenamu, aku digerogoti harap hampa.
Ah. Kamu tetap ada dan bermakna.
Sosok pun bersembunyi di sana.



Ia tepat tiba di puncak patah.





Kamar, Canossa-Bintaro, 27 Januari 2012.
17.22

Comments