Daging Lulus Tes Cangkok
Aku menyebutnya potongan.
Seonggok daging yang begitu kukenal.
Sisi, serat dan darahnya sudah lama kuhapal.
Aku selalu memeluknya erat, menjejalnya di tanganku dan setia kukepal.
Potongan sudah lama beranjak.
Menyisakan sepetak lahan penuh pola berjejak.
Lingkaran tidak konsisten yang asal saja menanda letak.
Tapi toh tidak akan pernah hilang sisanya.
Tak akan pernah pergi ampas-ampasnya.
Bahkan angin tak cukup tabah menghapus lembab dan amisnya.
Malahan kian lekat kesan peninggalannya.
Berkerak!
Aku menyebutnya potongan.
Tak pernah kusesali memori akan tiap senti.
Malah tambah kutemukan urat-urat baru yang demikian cocok mengganti nadiku.
Erat!
Erat!
Tak mau. Jangan terlalu erat, nanti pegal-pegal jemarimu.
Tolong implan onggokanmu.
kamar, 18 Oktober 2011
23.43
Seonggok daging yang begitu kukenal.
Sisi, serat dan darahnya sudah lama kuhapal.
Aku selalu memeluknya erat, menjejalnya di tanganku dan setia kukepal.
Potongan sudah lama beranjak.
Menyisakan sepetak lahan penuh pola berjejak.
Lingkaran tidak konsisten yang asal saja menanda letak.
Tapi toh tidak akan pernah hilang sisanya.
Tak akan pernah pergi ampas-ampasnya.
Bahkan angin tak cukup tabah menghapus lembab dan amisnya.
Malahan kian lekat kesan peninggalannya.
Berkerak!
Aku menyebutnya potongan.
Tak pernah kusesali memori akan tiap senti.
Malah tambah kutemukan urat-urat baru yang demikian cocok mengganti nadiku.
Erat!
Erat!
Tak mau. Jangan terlalu erat, nanti pegal-pegal jemarimu.
Tolong implan onggokanmu.
kamar, 18 Oktober 2011
23.43
Comments
Post a Comment