Tdak Terlalu Tinggi
Bisa jadi tengah kujaga kadar heliumku, mengoleksi bayangan negatif pada setiap dansa dalam hatiku. Aku tak ingin menyebutnya “tindakan tahu diri,” tapi ya....sebagaimana kau ketahui, aku hanya tak ingin lupa diri. Baik bila kau sebut aku murah. Murah cara ekspresi, karena memang demikian caraku, hanya tak ingin ada palsu. Ingin sekedar ingin, untungnya bukan ingin yang sembarang ingin. Cukup berharap kau merasa, dalam setiap aksi, tidak melulu dalam diam dan beharap ingin diketahui tanpa media yang mewakili.
Kini pun paradoksal. Untungnya gembiraku bukan yang abal, melainkan melalui proses yang mengolah sedemikian rupa. Terjadi demikian saja, menyiapkan diri akan hadirnya lerai setelah kita habis jumpa. Akan kemunculan jauh setelah nafas yang bertaut dekat, mengenai lepas dari lekat yang tak ingin cepat. Terkait pisah pasca sentuhan jemari. Juga mengucapkan selamat datang pada amarah setelah habis si lembut ini menggugah. Aku tahu akan ada saatnya. Ia jalan sendiri, tak terprediksi.
Pula tak naif kini aku tersenyum. Bukan. Ini bukan pembahasan skeptis, melainkan kesadaran yang telah sukses menembus level sekian dari permainan perasaan. Aku hanya mencintai lebih dalam. Lebih tragis dan berserah. Lebih mencecap dan nikmat. Memejamkan mata dan merasuk. Hingga hilang, hingga mati gelora, hingga kutemui sesuatu yang jernih di dalam sana, di mana keyakinanku berada.
17 Oktober 2011
1:27
17 Oktober 2011
1:27
Comments
Post a Comment